Kamis, 20 Oktober 2016

manajemen pendidikan pondok pesantren studi kasus di pondok jawa tengah


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A.  Deskripsi Tempat Penelitian
1.    Profil Pondok Pesantren
Nama Pondok
: Ma’hadul Ilmi Asy Syar’ie (MIS)
Jenis Pondok
: Salafi
Pengasuh    
: KH. Rozaq Imam dan KH.M Roghib Mabrur
Alamat
: Pondok Pesantren Ma’hadul Ilmi Asy Syar’ie (MIS)
  Karangmangu Sarang Rembang Jawa Tengah
Telepon
: (0356) 412064
e-mail
Kecamatan
: Sarang
Kabupaten
: Rembang
Propinsi
: Jawa Tengah
Kode pos
: 59274
Status Tanah
: Waqof
Luas Tanah
: 1.020 M2
Gambar 4.1
masjid Dan Halaman Pondok Pesantren Ma’hadul Ilmi Asy Syar’ie(Mis)Karangmangu Sarang Rembang Jawa Tengah
Add caption
2.      Sejarah  Pondok
       Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di pondok pesantren Ma’hadul Ilmi Asy Sar’ie (MIS) Karangmangu Sarang Rembang, diperoleh data dokumentasi tentang sejarah singkat berdirinya pondok pesantren Ma’hadul Ilmi Asy Sar’ie (MIS) Karangmangu Sarang Rembang.
Secara geografis pondok pesantren Ma’hadul Ilmi Asy Syarie (MIS) berada di desa Karangmangu kecamatanSarang yang terletak di daerah pesisir utara pulau Jawa tepatnya timur laut Provinsi Jawa Tengah masuk wilayah Kabupaten Rembang yang berbatasan langsung dengan Jawa Timur sebagai pintu gerbangnya Jawa Tengah dari arah pantura Provinsi Jawa Timur.Penduduk yang berada di sepanjang pesisir sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Selain itu ada juga yang berprofesi sebagai petani, pedagang, dan profesi lainnya.
Disebut desa pesisir karena wilayah yang padat penduduknya ini berada di pinggiran pantai yang mana antara pemukiman penduduk dan laut tidak ada jarak yang signifikan. Pondok pesantren Ma’hadul Ilmi Asy Syar’ie (MIS) ini menyimpan segudang cerita tentang cikal bakal para ulama besar yang di masa mudanya menimba dan mendalami ilmu agama di Pondok pesantren Ma’hadul Ilmi Asy Syarie (MIS)  ini, kemudian mereka berdakwah menyebarkan agama ke seantero negeri dan istiqomah berdomisili di berbagai penjuru Kota dan Provinsi.
Cerita mengenaipondok pesantren Ma’hadul Ilmi Asy Sar’ie (MIS) Karangmangu Sarang Rembang bermula dari salah seorang putra bangsawan dan pejuang dari Madura yang bernama Maulana. Tokoh yang kerap disapa “Mbah Lanah” ini merupakan salah satu pejuang yang bergabung bersama pasukan Pangeran Diponegoro guna membersihkan tanah Jawa dari cengkraman para penjajah. Setelah mendengar kabar bahwa Pangeran Dipenegoro berhasil dikalahkan oleh tentara Belanda dengan menggunakan siasat liciknya, mbah Lanah beralih dakwah menegakan Agama Allah melalui metode pengajaran Agama dan tidak lagi mengangkat senjata memerangi musuh secara lahiriyah.
Pada masa mbah Lanah belum dikenal adanya pondok pesantren. Pondok pesantren di daerah sarang diibaratkan sebagai buah manis dari sebatang pohon yang mana dalam hal ini mbah Lanah lah yang menjadi bibit pohon tersebut.
Pada masa selanjutnya estafet perjuangan mbah Lanah diteruskan oleh Putra sulung beliau yang bernama KH. Ghozali bin Lanah. KH. Ghozali yang akrab dipanggil dengan nama “Mbah Ghozali” ini merupakan putra dari mbah Lanah yang banyak mewarisi sifat ayahandanya dalam semangat mengajarkan nilai-nilai akhlak pada orang lain.
Semasa hidupnya mbah Ghozali menempati sebuah rumah yang terletak di sebelah utara masjid Ma’hadul Ilmi Asy Syar’i (MIS) yang sekarang ditempati oleh KH.  Drs. Fathurrrohman Alfa, MA. Setelah  ayah beliau meniggal dunia, mbah Ghozali meneruskan tugas mulia yang dulu diemban oleh sang ayah.
Awalnya, orang-orang yang belajar kepada mbah Ghozali didominasi oleh masyarakat setempat. Namun, bersamaan dengan berjalannya waktu banyak pelajar dari luar daerah yang ingin nyantri kepada beliau. Dengan keadaan yang demikian mbah Ghozali berinisiatif mendirikan sebuah tempat penginapan atau pemondokan  para pencari ilmu agama atau disebut dengan nama pondok pesantren.
Sekitar tahun 1800-an, dengan berbekal tanah wakaf dari seorang dermawan yang bernama Usman (lebih akrab dipanggil Mbah Saman) mbah Ghozali membangun sebuah mushola yang berdampingan dengan sebuah komplek untuk kamar santri. Mushola yang dibangun oleh mbah Ghozali tersebut saat ini dikenal sebagai “Masjid Jami’ MIS”. Adapun komplek pertama yang dibangun oleh mbah Ghozali tersebut saat ini dikenal sebagai “Komplek A Ponpes MIS”.
Seiring berjalanya waktu, pesantren yang dirintis oleh mbah Ghozali semakin berkembang yang ditandai dengan semakin banyaknya para santri yang berdatangan dari berbagai penjuru daerah guna untuk menimba ilmu di Sarang. Situasi tersebut menuntut adanya perluasan dan pembenahan fasilitas bangunan pesantren. Akhirnya, pesantren Sarang yang awalnya hanya memiliki satu komplek berkembang menjadi beberapa komplek. Adapun komplek pesantren pada waktu itu adalah:
1.      Komplek A berada di sebelah selatan ndalem KH. M. Mabrur yang sekarang ditempati oleh KH. Muhammad Roghib Mabrur.
2.      Komplek B terletak di sebelah barat ndalemnya KH. Imam Kholil yang sekarang ditempati oleh K. Ags. Muhammad Badrul Jamal.
3.      Komplek C berada di depan komplek B dan satu lajur dengan komplek H.
4.      Komplek D berada di seberang jalan dan sekarang berdiri sendiri dan berubah nama menjadi Pondok Pesantren  Ma’hadul ‘Ulum Asy-Syar’iyah (MUS).
5.      Komplek E sekarang berdiri sendiri dan berubah nama menjadi Pondok Pesantren Mansya’ul Huda atau yang lebih dikenal dengan sebutan PMH.
6.      Komplek F berada di utara/belakang KH. Drs. Fathur Rahman Alfa, MA. Sekarang sebagian menjadi dapur santri dan sebagian menjadi komplek G.
7.      Komplek G sebelah barat ndalem KH. M. Mabrur yang sekarang ditempati oleh KH. M. Roghib Mabrur. Pada mulanya tanah tempat berdirinya bangunan ini adalah milik warga setempat yang suka mengaji, lalu dibeli oleh kiai Imam dan diberikan kepada putrinya yang bernama Ny. Hj. Rohmah ibunya KH. M. Roghib Mabrur).
8.      Komplek I sebelah barat masjid MIS sekarang terkena pelebaran masjid MIS.
9.      Komplek AA sekarang menjadi pondok pesantren Al-Amin.
Adapun Komplek F dan komplek G ini konon ceritanya (keterangan dari KH. Roghib Mabrur) adalah ndalemnya kiai-kiai sepuh tempo dulu.
Pada periode pertama, pondok pesantren Sarang diasuh langsung oleh sang perintis, KH. Ghozali sekitar tahun 1810-an M sampai beliau wafat pada tahun 1859 M. Setelah KH. Ghozali wafat kepemimpinan pondok pesantren Sarang diteruskan oleh para putra, menantu dan cucu-cucu beliau.  Adapun estafet kepemimpinan pondok pesantren Sarang sejak periode awal mulai tahun 1810-an adalah sebagai berikut :
1)      Periode pertama tahun 1810 (pendiri) : KH. Ghozali bin Lanah.
2)      Periode ke-dua 1860-1910 M: KH. Umar bin Harun menantu sekaligus keponakan KH. Ghozali bin Lanah dan KH. Syu’aib bin Abdurrozaq menantu KH. Ghozali bin Lanah.
3)      Periode ke-tiga1910-1927 M : KH. Fathurrohman (Putra KH. Ghozali bin Lanah).
4)      Periode ke-empat 1930-1990 M: KH. Imam Kholil bin KH. Syu’aib, KH. Aly Masyfu’ (putra KH. Fathurrohman), KH. Ahmad bin Syu’aib (kakak kandung KH. Imam Kholil), KH. Abdulloh (menantu KH. Syu’aib), dan KH. Zubair Dahlan cucu dari KH. Syu’aib dan sekaligus menantu KH. Ahmad bin Syu’aib.
Menurut salah satu sumber, sepeninggal Kiai Umar bin Harun, para santri beliau melakukan rapat mendadak  yang bertujuan agar jangan sampai istri Kiai Umar dibiarkan terlantar (tersia-sia). Lalu, hasil sidang tersebut memutuskan Kyai Fathurrohman lah yang layak meneruskan kepemimpinan pondok Sarang.
Pada periode yang keempat pondok pesantren sarang berjalan dengan harmonis dan bertahan sampai tahun 1970 M, dengan pengasuh KH. Imam Kholil dan dibantu oleh KH. Ali Masyfu’ serta KH. M. Mabrur sampai menginjak tahun 1971 M yang pada waktu itu geliat politik begitu deras.
Pada suatu ketika beliau KH. Imam Kholil kedatangan tamu dari tokoh politik tertentu yang kebetulan kurang sepaham dengan tokoh politik di daerah Sarang pada saat itu, sehingga menimbulkan perbedaan pandangan kecil antara kelompok masyarakat dengan beliau yang menyebabkan tidak sepaham dengan beberapa kiai-kiai, sehinggamemisahkan diri dari pondok MIS dan menyebabkan berdirinya beberapa pondok pesantren, diantaranya :
1)      Pondok Pesantren Ma’hadul Ulumusy Syar’iyah (MUS) yang diasuh oleh KH. Ahmad bin Syu’aib. Sekarang di asuh oleh KH. Said Abdurrohim.
2)      Pondok Pesantren AL-AMIN yang waktu itu  diasuh oleh KH. Ali Masyfu’ bin KH. Fathurrohman sekarang diasuh oleh KH. Drs. Fathurrahman Alfa, MA.
3)      Pondok Pesantren Mansya’ul Huda (PMH) yang diasuh oleh KH. Abdulloh sekarang diasuh oleh KH. Abu Na’im.
Pecahnya pesantren dari satu induk menjadi beberapa pesantren tersebut tidak didasari hawa nafsu atau keinginan memegang tampuk kepemimpinan. Hal ini adalah hasil ijtihad-ijtihad dari para kiai pada waktu itu yang sedang mengadakan musyawaroh hingga pada akhirnya memilih mandiri secara kelembagaan sebagai bentuk pendewasaan.
Pada saat itu politik sangat dijauhi oleh para kiai meskipun disisi lain sangat sulit untuk tidak terlibat. Dari sisi yang berbeda, pesantren kedatangan tamu yang tak diundang yang menimbulkan fitnah di dalam pondok pesantren hingga akhirnya memaksa para kiai mengambil jalan ijtihad. Terbukti sampai sekarang, hubungan para kiai-kiai Sarang tetap terjaga dan berjalan mesra (rukun). Ini bukti bahwa pemisahan pondok pesantren tersebut bukan karena nafsu. Dan ini bukti dari pengamalan hadist yang berbunyi:“رجلان تحبا لله وافترقا لله "(HR. Bukhori)
Setelah terpisah secara kelembagaan, kiai Imam Kholil mengasuh pondok warisan Kiai Ghozali yang dulunya diasuh oleh KH. Fathurrohman beserta para kiai-kiai yang lain dan yang kemudian diberi nama PP. MIS (Ma’hadul ‘Ilmi Asy-syar’i). Pada  masa kepemimpinan KH. Imam Kholil pondok pesantren sarang (khususnya PP. MIS) untuk pertama kalinya membuka pondok khusus bagi para santri putri. Yang mana saat ini podok putri tersebut berada di depan ndalem KH. Abdullah Faqih Imam.
Pada masa kepemimpinan KH. Imam Kholil, pada tahun 1969-an pondok pesantren ini juga melakukan penambahan komplek yang disediakan untuk para santri asal Magelang (daerah asal KH. Roghibi Murtadlo yang merupakan menantu KH. Imam Kholil) yang diberi nama komplek PR (Putra Roghibi).
KH. Imam Kholil dalam mengasuh santri dibantu oleh putra-putra dan para menantu beliau, yaitu KH. M. Mabrur (menantu), KH. Umar Faruq Imam, KH. Abdur Rozaq Imam, KH. M. Roghibi Murtadlo (menantu), dan KH. Muhammad. Faqih Imam.
Setelah KH. Imam Kholil wafat, kepemimpinan pondok pesantren dikelola oleh KH. Umar Faruq dibantu oleh adik beliau KH. Faqih Imam beserta para menantu mbah Imam. Lalu tongkat estafet pengasuh berjalan sampai sekarang dipegang oleh KH. Abdurrozaq Imam dan KH. Roghib Mabrur beserta para kiai yang lain.
3.      Visi dan misi pondok
a.      Visi
1.      Menyelenggarakan pendidikan yang berkwalitas dalam berilmu, beramal, berakhlak mulia, berwawasan luas, mandiri dan disiplin.
2.      Unggul dalam berprestasi.
3.      Berkarakter.


b.      Misi
1.      Menanamkan santri berjiwa taat menjalankan syariat, berbudi luhur, cakap dan trampil serta bertanggung jawab terhadap agama dan bangsa.
2.      Meningkatkan kwalitas pendidikan pengajaran dan keorganisasian pada semua lembaga pesantren MIS
3.      Membina santri dalam mengemban dan mengembangkan ajaran Ahlussunnah Waljama’ah.
4.      Menanamkan prilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Motto Pondok
اِنَّ هَذَالْعِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَکُمْ. [رواه احمد]
Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kamu mengambil ilmu agamamu itu. (H.R. Ahmad)
5.      Tujuan Pondok
       Pondok pesantren Ma’hadul Ilmi Asy Sar’ie (MIS) Karangmangu Sarang Rembang sebagai tempat mencari ilmu para santri. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren salaf mempunyai tujuan/arah sebagai berikut:
a.       Menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim dalam kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Allah s.w.t.
b.      Berakhlaqul karimah, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat sebagaimana yang dicontohkan dari kepribadian Nabi Muhammad s.a.w. (mengikuti sunnah Nabi).
c.       mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian.
d.       menyebarkan agama atau menegakkan islam dan kejayaan umat islam di tengah-tengah masyarakat (‘izzul Islam wal Muslimin).
e.       mencintai Ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia yang muhsin bukan sekedar muslim.

f.       Membantu program pemerintah di bidang pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar